Rabu, 30 September 2020

Materi

IKATAN KIMIA I
KONSEP DASAR



Oleh :
Ramadhana Putra
2010953008


Dosen Pengampu :
Dr. Darwison, ST, MT


Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Elektro
Universitas Andalas




9.6  Menulis Struktur Lewis
Langkah-langkah dasarnya adalah sebagai berikut:
 
1. Tulis struktur kerangka senyawa menggunakan simbol kimia dan penempatannya
atom terikat di samping satu sama lain. Untuk senyawa sederhana, tugas ini cukup mudah.
Untuk senyawa yang lebih kompleks, kita harus diberi informasi atau dibuat
tebakan cerdas tentang itu. Secara umum, atom paling elektronegatif menempati
posisi tengah. Hidrogen dan fluor biasanya menempati terminal (ujung)
posisi dalam struktur Lewis.

 2. Hitung jumlah total elektron valensi yang ada. Untuk anion poliatomik, tambahkan jumlah muatan negatifnya total. (Misalnya, untuk CO3 22 ion kita menambahkan dua elektron karena 22 muatannya
menunjukkan bahwa ada dua elektron lebih banyak daripada yang disediakan oleh atom.) Untuk
kation poliatomik, kita kurangi jumlah muatan positif dari total ini.
(Jadi, untuk NH1 4 kita mengurangi satu elektron karena muatan 11 menunjukkan hilangnya
dari satu elektron dari kelompok atom.)
 
3. Gambarkan ikatan kovalen tunggal antara atom pusat dan masing-masing atom sekitarnya
atom. Lengkapi oktet atom yang terikat ke atom pusat. (Ingat
bahwa kulit valensi atom hidrogen lengkap hanya dengan dua elektron.)
Elektron milik atom pusat atau sekitarnya harus ditampilkan sebagai pasangan elektron bebas
jika mereka tidak terlibat dalam ikatan. Jumlah total elektron yang akan digunakan
adalah yang ditentukan di langkah 2.

 4. Setelah menyelesaikan langkah 1–3, jika atom pusat memiliki kurang dari delapan elektron, coba tambahkan ikatan rangkap atau rangkap tiga antara atom sekitarnya dan pusatnya atom, menggunakan pasangan elektron mandiri dari atom sekitarnya untuk melengkapi oktet atom atom pusat.

contoh :


9.7 Muatan Formal dan Stuktur Lewis

Muatan formal atom adalah perbedaan muatan listrik antara
elektron valensi dalam atom terisolasi dan jumlah elektron yang ditetapkan untuk
atom dalam struktur Lewis. Untuk menetapkan jumlah elektron pada atom dalam struktur Lewis, langkahnya sebagai berikut:
 • Semua elektron non-ikatan atom ditugaskan ke atom.
 • Putuskan ikatan antara atom dan atom lain dan tetapkan setengahnya
mengikat elektron ke atom.
Sebagai contoh, kita ilustrasikan konsep muatan formal menggunakan molekul ozon (O3).
Melanjutkan langkah-langkah, kita menggambar struktur kerangka
dari O3 dan kemudian menambahkan ikatan dan elektron untuk memenuhi aturan oktet untuk dua atom ujung:


Anda dapat melihat bahwa meskipun semua elektron yang tersedia digunakan, aturan oktet tidak terpenuhi untuk atom pusat. Untuk mengatasinya, kita mengubah pasangan elektron bebas di salah satu atom ujung ke ikatan kedua antara atom ujung dan atom pusat, sebagai berikut:


Muatan formal pada setiap atom dalam O3 sekarang dapat dihitung menurut skema berikut:

dimana garis merah bergelombang menandakan putusnya ikatan. Perhatikan bahwa pemecahan
ikatan tunggal menghasilkan transfer elektron, pemutusan ikatan rangkap
menghasilkan transfer dua elektron ke masing-masing atom ikatan, dan seterusnya. Jadi,
muatan formal atom dalam O3 adalah


Saat Anda menulis tagihan formal, aturan ini berguna:
 1. Untuk molekul, jumlah muatan harus berjumlah nol karena molekul
adalah spesies netral secara elektrik. (Aturan ini berlaku, misalnya, untuk molekul O3.)
 2. Untuk kation, jumlah muatan formal harus sama dengan muatan positif. Untuk anion,
jumlah muatan formal harus sama dengan muatan negatif.

9.8 Konsep Resonansi

Faktanya, kita dapat menempatkan ikatan rangkap di kedua ujung molekul, seperti yang ditunjukkan
oleh dua struktur Lewis yang setara ini:



Namun, tidak satu pun dari dua struktur Lewis ini yang menjelaskan ikatan yang diketahui
panjangnya di O3.
Bukti eksperimental menunjukkan bahwa kedua ikatan oksigen-ke-oksigen memiliki panjang yang sama (128 pm). Untuk menyelesaikan perbedaan ini , gunakan kedua struktur Lewis untuk mewakili molekul ozon:
Namun, tidak satu pun dari kedua struktur Lewis ini menjelaskan panjang ikatan yang diketahui pada O₃.

Contoh yang baik adalah molekul benzena (C₆H₆):Jika salah satu dari struktur resonansi ini bersesuaian dengan struktur benzena yang sebenarnya, akan ada dua panjang ikatan yang berbeda antara atom C yang berdekatan, satu karakteristik ikatan tunggal dan yang lainnya dari ikatan rangkap.

 
 
Cara yang lebih sederhana untuk menggambar struktur molekul benzena dan senyawa lain yang mengandung "cincin benzena" adalah dengan hanya menunjukkan kerangka dan bukan atom karbon dan hidrogen. Sesuai gambar no 2 di bawah.Perhatikan bahwa atom C di sudut-sudut segi enam dan atom H semuanya dihilangkan, meskipun mereka dipahami ada.Hanya ikatan antara atom C yang ditampilkan.



Perhatikan bahwa atom C di sudut segi enam dan atom H semuanya dihilangkan, meskipun dianggap ada. Hanya ikatan antar atom C yang ditampilkan. Ingat aturan penting ini untuk menggambar struktur resonansi: Posisi elektron,tetapi tidak pada atom, dapat disusun ulang dalam struktur resonansi yang berbeda. Dengan kata lain, atom yang sama harus terikat satu sama lain dalam semua struktur resonansi untuk spesi tertentu.

9.9  Pengecualian untuk Aturan Oktet

Pengecualian aturan oktet terbagi dalam tiga kategori yang dicirikan oleh tidak lengkap
oktet, jumlah elektron ganjil, atau lebih dari delapan elektron valensi di sekitar atom pusat.

    1.Oktet Tak Lengkap
Dalam beberapa senyawa, jumlah elektron yang mengelilingi atom pusat dalam keadaan stabil
molekulnya kurang dari delapan. Pertimbangkan, misalnya, berilium, yang merupakan Golongan 2A
(dan periode kedua). Konfigurasi elektron berilium adalah 1s 2 2s 2 
memiliki dua elektron valensi di orbital 2s. Pada fase gas, berilium hidrida (BeH2)
ada sebagai molekul diskrit. Struktur Lewis BeH2 adalah

H¬Be¬H


Ambil boron sebagai contoh. Karena konfigurasi elektronnya adalah 1s 2 2s 2 2p1 , ia memiliki total tiga valensi elektron. Boron bereaksi dengan halogen membentuk golongan senyawa yang memiliki
rumus umum BX3, di mana X adalah atom halogen. Jadi, dalam boron trifluorida hanya ada
enam elektron di sekitar atom boron:

Struktur resonansi berikut semuanya mengandung ikatan rangkap antara B dan F dan memenuhi aturan oktet untuk boron:


Meskipun boron trifluorida stabil, B mudah bereaksi dengan amonia. Reaksi ini lebih baik diwakili dengan menggunakan struktur Lewis di mana boron hanya memiliki enam elektron valensi di sekitarnya:

Tampaknya sifat-sifat BF₃ paling baik dijelaskan oleh keempat struktur resonansi.


Jenis ikatan pada B-N diatas disebut ikatan kovalen koordinasi (juga disebut sebagai ikatan datif), yang didefinisikan sebagai ikatan kovalen di mana salah satu atom menyumbangkan kedua elektron. Meskipun sifat-sifat ikatan kovalen koordinasi tidak berbeda dari ikatan kovalen normal (karena semua elektron sama tidak peduli apa pun sumbernya), perbedaannya berguna untuk melacak elektron valensi dan menetapkan muatan formal.

2.Molekul Mengandung Jumlah Elektron Ganjil

Beberapa molekul mengandung jumlah elektron ganjil.Karena kita membutuhkan jumlah elektron genap untuk pasangan sempurna (untuk mencapai delapan), aturan oktet jelas tidak dapat dipenuhi untuk semua atom dalam molekul ini.

Molekul elektron ganjil kadang-kadang disebut radikal. Banyak radikal sangat reaktif. Alasannya adalah bahwa ada kecenderungan elektron yang tidak berpasangan untuk membentuk ikatan kovalen dengan elektron yang tidak berpasangan pada molekul lain. Misalnya, ketika dua molekul nitrogen dioksida bertabrakan, mereka membentuk dinitrogen tetroksida di mana aturan oktet dipenuhi untuk atom N dan O:

3.Oktet yang Diperluas (Lebih Dari Delapan Elektron Valensi Di Sekitar Atom Pusat)


Masalah pelanggaran ini terdapat pada atom-atom unsur di dalam dan di luar periode ketiga tabelperiodik yang membentuk beberapa senyawa di mana lebih dari delapan elektron mengelilingi atompusat. Selain orbital 3s dan 3p, unsur pada periode ketiga juga memiliki orbital 3d yang dapatdigunakan dalam ikatan. Orbital ini memungkinkan atom untuk membentuk oktet yang diperluas.Salah satu senyawa di mana ada oktet diperluas adalah sulfur hexafluorida, senyawa yang sangatstabil. Konfigurasi elektron sulfur adalah [Ne] 3s²3p⁴. Dalam SF₆, masing-masing dari enam elektronvalensi sulfur membentuk ikatan kovalen dengan atom fluor, jadi ada 12 elektron di sekitar atom sulfur pusat:

9.10 Entalpi Ikatan

Ukuran stabilitas suatu molekul adalah entalpi ikatannya yang merupakan perubahan entalpi yang diperlukan untuk memutus ikatan tertentu dalam 1 mol molekul gas.  Entalpi ikatan yang ditentukan secara eksperimental dari molekul hidrogen diatomik, misalnya, adalah

H₂(g) → H(g) + H(g) 𝛥H° = 436,4 kJ/mol

Persamaan ini memberi tahu kita bahwa memutus ikatan kovalen dalam 1 mol molekul H₂ gas membutuhkan 436,4 kJ energi.

Entalpi ikatan juga dapat diukur secara langsung untuk molekul diatomik yang mengandung unsur-unsur yang tidak sama, seperti HCl,

HCl(g) → H(g) + Cl(g) 𝛥H° = 431,9 kJ/mol

serta untuk molekul yang mengandung ikatan rangkap dan rangkap tiga:

                                                O₂(g) → O(g) + O(g) 𝛥H° = 498,7 kJ/mol

                                                N₂(g) → N(g) + N(g) 𝛥H° = 941,4 kJ/mol

Mengukur kekuatan ikatan kovalen dalam molekul poliatomik lebih rumit. Misalnya, pengukuran menunjukkan bahwa energi yang diperlukan untuk memutus ikatan O-H pertama dalam H₂O berbeda dari yang diperlukan untuk memutus ikatan O-H kedua:

                                                H₂O(g) → H(g) + OH(g) 𝛥H° = 502 kJ/mol

                                                OH(g) → H(g) + O(g) 𝛥H° = 427 kJ/mol


Tabel 9.4 Beberapa Entalpi Ikatan Molekul Diatomik* dan Entalpi Ikatan Rata-rata untuk Ikatan dalam Molekul Poliatomik
* Entalpi ikatan untuk molekul diatomik (berwarna) memiliki angka yang lebih signifikan daripada entalpi ikatan untuk ikatan dalam molekul poliatomik karena entalpi ikatan molekul diatomik adalah jumlah yang dapat diukur secara langsung dan tidak dirata-rata pada banyak senyawa. 
† Entalpi ikatan C=O dalam CO₂ adalah 799 kJ/mol.


Sekarang kita dapat memahami mengapa entalpi ikatan dari ikatan O-H yang sama dalam dua molekul berbeda seperti metanol (CH₃OH) dan air (H₂O) tidak akan sama: Lingkungan mereka berbeda. Jadi, untuk molekul poliatomik kita berbicara tentang entalpi ikatan rata-rata dari ikatan tertentu.
 

Penggunaan Entalpi Ikatan dalam Termokimia
Perbandingan perubahan termokimia yang terjadi selama sejumlah reaksi mengungkapkan variasi yang sangat luas dalam entalpi reaksi yang berbeda. Misalnya, pembakaran gas hidrogen dalam gas oksigen cukup eksotermik:

H₂(g) + ½O₂(g) → H₂O(l) 𝛥H° = 2285,8 kJ/mol

Di sisi lain, pembentukan glukosa (C₆H₁₂O₆) dari air dan karbon dioksida, paling baik dicapai oleh fotosintesis, sangat endotermik:

6CO₂(g) + 6H₂O(l) → C₆H₁₂O₆(s) + 6O₂(g) 𝛥H° = 2801 kJ/mol

Dalam banyak kasus, dimungkinkan untuk memperkirakan entalpi reaksi dengan menggunakan entalpi ikatan rata-rata. Karena energi selalu diperlukan untuk memutus ikatan kimia dan pembentukan ikatan kimia selalu disertai dengan pelepasan energi, kita dapat memperkirakan entalpi suatu reaksi dengan menghitung jumlah total ikatan yang putus dan terbentuk dalam reaksi dan mencatat semua perubahan energi yang sesuai. Entalpi reaksi dalam fase gas diberikan oleh

𝛥H° = 𝛴BE(reaktan) - 𝛴BE(produk)
= total energi diserap - total energi dilepas

di mana BE berarti entalpi ikatan rata-rata dan 𝛴 adalah tanda penjumlahan. Seperti ditulis, Persamaan (9.3) menangani konvensi tanda untuk 𝛥H°. Jadi, jika total energi diserap lebih besar dari total energi yang dilepaskan, 𝛥H° positif dan reaksinya adalah endotermik. Di sisi lain, jika lebih banyak energi dilepaskan dari yang diserap, 𝛥H° negatif dan reaksinya eksotermik (Gambar 9.8). Jika reaktan dan produk semua molekul diatomik, maka Persamaan (9.3) akan menghasilkan hasil yang akurat karena ikatan entalpi dari molekul diatomik diketahui secara akurat. Jika beberapa atau semua reaktan dan produk adalah molekul poliatomik, Persamaan (9.3) hanya akan menghasilkan hasil perkiraan karena entalpi ikatan yang digunakan adalah rata-rata.



Video Pembelajaran :







Rangkaian Pemantau Sinyal Menggunakan Sensor Getaran


1. Tujuan

a. Mampu memahami penggunaan sensor getaran

b. Mampu memahami prinsip kerja sensor getaran.

c. Membuat rangkaian sederhana dari sensor getaran pada proteus.

2. Alat dan Bahan


a. Sensor Getaran


Spesifikasi :
-Vsuplai : DC 3.3V-5V
-Arus : 15mA
-Sensor : SW-420 Normally Closed
-Output : digital
-Dimensi : 3,8 cm x 1,3 cm x 0,7 cm
-Berat : 10 g


b. DC Generator

Spesifikasi:
  • Speed : 2750 rpm
  • Output : DC 12V
  • Arus : 35A
  • Built-in regulator
Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator DC dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker), jenis generator DC yaitu:

1. Generator penguat terpisah

2. Generator shunt

3. Generator kompon

Karakteristik generator arus searah (DC)


Medan magnet pada generator dapat dibangkitkan dengan dua cara yaitu :

· Dengan magnet permanen

· Dengan magnet remanen

Generator listrik dengan magnet permanen sering juga disebut magneto dynamo. Karena banyak kekurangannya, maka sekarang jarang digunakan.

 Prinsip kerja Generator DC

Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:

• dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.
• dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.

Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
 

Gambar 2. Pembangkitan Tegangan Induksi.

Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan ini disebut daerah netral.


Gambar 3. Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator.

Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 3.(2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.

• Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sebuah komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.

• Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC, sebanding dengan banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).

c. LED




spesifikasi:-Tegangan : ±2 - 3V
                  - Arus:±20 mA

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LIGHT EMITTING DIODE (LED), PRINCIPLE OF OPERATION ~ SCC Education

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

d. Speaker


Speaker adalah Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi Frekuensi Audio (sinyal suara) yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan cara mengetarkan komponen membran pada Speaker tersebut sehingga terjadilah gelombang suara.

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Loadspeaker (Pengeras Suara), sebaiknya kita mengetahui bagaimana suara dapat dihasilkan. Yang dimaksud dengan “Suara” sebenarnya adalah Frekuensi yang dapat didengar oleh Telinga Manusia yaitu Frekuensi yang berkisar di antara 20Hz – 20.000Hz. Timbulnya suara dikarenakan adanya fluktuasi tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan atau getaran suatu obyek tertentu. Ketika Obyek tersebut bergerak atau bergetar, Obyek tersebut akan mengirimkan Energi Kinetik untuk partikel udara disekitarnya. Hal ini dapat di-anologi-kan seperti terjadinya gelombang pada air. Sedangkan yang dimaksud dengan Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan getaran pada obyek yang menimbulkan suara, semakin cepat getarannya makin tinggi pula frekuensinya.

Prinsip Kerja Speaker



Pada gambar diatas, dapat kita lihat bahwa pada dasarnya Speaker terdiri dari beberapa komponen utama yaitu Cone, Suspension, Magnet Permanen, Voice Coil dan juga Kerangka Speaker.

Dalam rangka menterjemahkan sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar, Speaker memiliki komponen Elektromagnetik yang terdiri dari Kumparan yang disebut dengan Voice Coil untuk membangkitkan medan magnet dan berinteraksi dengan Magnet Permanen sehingga menggerakan Cone Speaker maju dan mundur. Voice Coil adalah bagian yang bergerak sedangkan Magnet Permanen adalah bagian Speaker yang tetap pada posisinya. Sinyal listrik yang melewati Voice Coil akan menyebabkan arah medan magnet berubah secara cepat sehingga terjadi gerakan “tarik” dan “tolak” dengan Magnet Permanen. Dengan demikian, terjadilah getaran yang maju dan mundur pada Cone Speaker.

Cone adalah komponen utama Speaker yang bergerak. Pada prinsipnya, semakin besarnya Cone semakin besar pula permukaan yang dapat menggerakan udara sehingga suara yang dihasilkan Speaker juga akan semakin besar.

Suspension yang terdapat dalam Speaker berfungsi untuk menarik Cone ke posisi semulanya setelah bergerak maju dan mundur. Suspension juga berfungsi sebagai pemegang Cone dan Voice Coil. Kekakuan (rigidity), komposisi dan desain Suspension sangat mempengaruhi kualitas suara Speaker itu sendiri.

e. Logic State


fungsi logic state adalah sebagai input dari gerbang logika, dan output dari rangkaian tersebut ialah LED.

f. Amplifier



Power amplifier ialah penguat akhir sistem tata suara yang bermanfaat sebagai penguat sinyal audio yang pada dasarnya adalah penguat tegangan dan arus dari sinyal audio yang bertujuan guna menggerakan pengeras suara (loud speaker). Istilah power amplifier adalah penguat akhir sampai-sampai tidak dilengkapi dengan pengatur nada, bertolak belakang dengan istilah amplifier yang di dalamnya terdiri dari pengatur nada dan power amplifier.
Tugas power ampli (driver) ini ialah untuk mendorong sinyal yang sudah diubah preamp lalu di teruskan ke bagian speaker. Anda pasti mengenal beragam jenis ampli seperti ampli 30, 40, 50, 90 , 100, 120, 200, 300 watt. dan seterusnya. Ini ialah kekuatan dari daya dorong power itu. Dapat dikatakan ukuran 100 watt misalkan telah dihitung dengan suara cacatnya disebut RMS tidak cacat dan Peak suara cacatnya.

Bagian power tersebut bekerja dengan berbagai jenis komponen bersama driver pendorongnya. Bagiannya terdapat transistor dan ada tube (tabung) sebagai penguatnya. Kemudian ada elco besar 3000ma ke atas sebagai penyimpan arus dioda, resistor, dan pastinya travo yang berperan penting memantau kestabilan kelistrikan (electrical) unsur ini supaya stabil.
Fungsi amplifier sebetulnya memang jarang orang lain tahu secara persis, meskipun tidak sedikit orang yang sudah sangat sering mendengarnya. Amplifier sendiri sebetulnya adalah perangkat elektronik yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal suara yang pada dasarnya ialah penguat tegangan dan arus yang berasal dari sinyal audio dengan tujuan untuk menggerakkan pegeras suara atau loud speaker. Setiap perlengkapan elektronik yang memakai loud speaker tentu mempunyai amplifier.
Secara khusus, amplifier sendiri berfungsi untuk memperkuat sinyal audio dari sumber yang berbeda yang masih kecil sampai getaran suara yang didapatkan menjadi lebih banyak dengan menggetarkan membran speaker di level tertentu cocok dengan keperluan pemakai.
Jadi memang secara sederhana, pemakaian amplifier ini seperti saat kita mendengarkan musik melewati handphone, kita akan mendengar suara sangat keras yakni dengan batas maksimal dari volume handphone tersebut. Akan tetapi saat kita menyambungkan handphone itu dengan amplifier, maka suara yang hadir akan lebih keras. Nah, itulah contoh dari fungsi pemakaian amplifier.
Amplifier ini dipecah ke dalam dua jenis yang dipisahkan dari seberapa banyak sinyal yang akan dikuatkan. Pertama ialah amplifier mono yang merupakan amplifier yang sanggup menguatkan sinyal sebanyak satu jalur saja. Karena, amplifier ini mempunyai satu jalur input serta satu jalur output.
Sedangkan yang kedua, yakni amplifier stereo, ialah amplifier yang dapat menguatkan dua jalur audio L dan R sekaligus. Amplifier stereo ini bertolak belakang dengan amplifier mono yang mempunyai dua drainase secara terpisah dan mempunyai dua jalur input serta dua jalur output.
Lalu apa kelebihan dari menggunakan amplifier untuk stereo sistem yang Anda gunakan? Inilah beberapa kelebihan dari penggunaan amplifier yang perlu Anda ketahui.

1. Memiliki sifat menguatkan tegangan puncak amplitudo dari sinyal masukan,
2. Dapat menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal masukan dan keluaran,
3. Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga sesuai untuk penguat sinyal kecil,
4. Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sampai meminimalkan efek umpan balik,
5. Mempunyai impedansi input tinggi dan memiliki impedansi output yang rendah,
6. Sinyal outputnya sefasa dengan sinyal,
7. Mempunyai penguatan arus yang tinggi,
8. Suara yang didapatkan sangat bagus dan tergantung dari kualitas power yang digunakan.

Bagian – bagian dari rangkaian Power – Amplifier              :

Gain   :  fungsinya adalah untuk “menurunkan & manaikan” sinyal  yg masuk dari sebuah instrument ke amplifier. gain akan sangat berpengaruh terhadap sound dari instrument yg masuk . jika gain kita naikan karakter sound akan berubah . ada yg menjadi lebar tetapi kasar hingga Over ( di luar batas wajar ) dan sterusnya. jadi di gain ini biasanya kita menentukan kadar karakter sound kita .

Tone Control      :  bagian dimana berfungsi untuk mengolah sinyal suara yg masuk. kita dapat memainkan sinyal itu dengan memutar / menggeser control tone yang ada. jika tidak ada tone kontrol ini maka sinyal suara terdengar kecil atau flat biasa saja . karena tidak ada penambahan power pewarnaan suara. Di bagian inilah freqwensi suara di olah. Dengan adanya tone control kita bisa lebih mengangkat sinyal tone treble , midle , low dsb . sehingga sound itu dapat muncul dgn jelas ke permukaan sekehendak kita yg memainkannya.

VOLUME   :  di amplifier bass/gitar ini sering terletak diujung akhir di bagian Tone control . fungsinya adalah untuk memperbesar sinyal dari instrument yg sudah diolah preamp lalu masuk ke bagian PoweR ( Driver ) akirnya Volume bekerja sebagai : memperbesar suara dari amplifier ke speaker. Semakin besar Volume kita buka semakin kencang suara yg keluar dari speaker. begitu sebaliknya.

POWER AMPLIFIER   :  ini tugas paling akhir dari bagian sebuah Amplifier ! dimana tugas power ampli ( driver ) ini adalah untuk mendorong sinyal yg sudah diolah preamp untuk di teruskan ke bagian speaker . kita mengenal ada ampli 30, 40, 50, 90 , 100, 120, 200 , 300 watt dan seterusnya. Ini adalah kekuatan dari daya dorong Power tersebut, akan tetapi itu tidaklah murni , bisa dimisalkan ukuran 100 watt sudah dihitung dengan suara cacat nya. dinamakan RMS tidak cacat dan Peak suara cacat.

Penguat pada  Power – Amplifier

  • Penguat Kelas A
Kelas A adalah amplifier yang paling linear diantara semua kelas amplifier. Sinyal apapun yang di hasilkan oleh amplifier kelas ini adalah sesuai dengan sinyal inputnya. Dengan kata lain Amplifier ini berbanding lurus antara input dan outputnya. Karakteristik Amplifier Kelas A:

Perangkat output (Transistor) mengalirkan seluruh sinyal input. Dengan kata lain, amplifier tersebut mereproduksi seluruh gelombang amplitudo sinyal suara yang masuk secara keseluruhan.
Amplifier ini panas karena transistor nya bekerja terus menerus dengan tenaga penuh.
Tidak ada kondisi dimana transistor beristirahat meski hanya sejenak, meski bukan berarti amplifier tersebut tidak bisa dimatikan. Maksudnya adalah ada aliran listrik konstan yang mengaliri transistor tersebut secara terus menerus (dan ini secara tetap menghasilkan panas) yang disebut sebagai “bias”.
Amplifier Kelas A adalah amplifier yang paling inefisien. Nilai efisiensi nya sekitar 20.
Karena faktor-faktor itulah amplifier kelas A dianggap paling inefisien, per watt output yang dikeluarkan, sekitar 4-5 watt terbuang sia-sia dalam bentuk panas (disipasi panas). Pada umumnya bentuknya besar dan sangat berat bobotnya. Karena panas, amplifier ini membutuhkan ventilasi dan pembuangan panas yang cukup besar juga (sangat tidak ideal untuk dipasang di mobil anda dan pada umumnya jarang di pakai oleh umum di rumah). Keuntungannya adalah amplifier ini benar-benar menghasilkan setiap detail suara yang masuk lewat inputnya, bebas dari distorsi.
  • Penguat Kelas B
Di dalam amplifier ini, bagian positif dan negatif dari sinyal ditangani oleh bagian yang berbeda dari sirkuit. Perangkat output (transistor) terus bekerja hidup dan mati. Kelas B amplifier memiliki karakteristik sebagai berikut:

Sinyal input dari amplifier ini harus lebih besar agar bisa menjalankan transistor dengan baik.
Hampir merupakan kebalikan dari amplifier kelas A. Harus ada setidaknya dua perangkat output sejenis dengan penguat ini. Bagian output amplifier ini menjalankan dua output tersebut. Masing-masing perangkat output tersebut menjalankan setengah panjang gelombang sinyal suara secara bergantian. Pada waktu transistor tidak bekerja, maka tidak ada aliran listrik (bias) yang mengaliri transistor tersebut. Setiap perangkat output tersebut berada dalam kondisi on (hidup) selama satu setengah kali siklus gelombang amplitudo.

Amplifier kelas B bekerja lebih dingin daripada kelas A, tetapi dengan kekurangan distorsi pada frekwensi-frekwensi tertentu yang ter “cross over”. Hal ini disebabkan karena amplifier tersebut tidak bekerja penuh setiap saat (bergantian nyala-hidup setiap amplitudo). Topologi amplifier ini adalah dengan sistem tarik dan dorong (push-pull), satu menarik sinyal dari loudspeaker dan yang lain mendorong sinyal audio ke loudspeaker. Hal ini membuat amplifier ini bisa menjadi lebih murah, karena bisa menggunakan dua macam transistor yang harganya murah daripada memakai sebuah transistor yang mahal. Sudah saya sebutkan diatas bahwa amplifier ini membutuhkan sinyal output yang besar. Dengan demikian sinyal audio yang masuk harus dikuatkan terlebih dahulu sebelum masuk ke perangkat output. Karena lebih banyak sirkuit yang harus dilalui oleh sinyal audio tersebut, sinyalnya terdegradasi (kualitasnya turun) terlebih dahulu sebelum masuk ke perangkat outputnya
  • Penguat Kelas AB
Ini adalah kompromi dari dua kelas diatas. Amplifier kelas operasi AB memiliki beberapa keuntungan terbaik dari Kelas A dan Kelas B built-in. Keuntungan utamanya adalah kualitas suara sebanding dengan Kelas A dan efisiensi mirip dengan Amplifier Kelas B. Kebanyakan amplifier modern menggunakan topologi ini. Karakteristiknya:
  1. Pada umumnya Kelas AB bekerja seperti Kelas A tetapi dengan tingkat level output lebih rendah. Sekali lagi memberikan yang terbaik dari duak Kelas amplifier (kelas A dan B). 
  2. Bias output diatur sehingga arus listrik mengalir dalam perangkat output selama lebih dari setengah siklus sinyal tetapi kurang dari seluruh siklus. 
  3. Ada cukup arus yang mengalir melalui masing-masing perangkat untuk tetap beroperasi sehingga mereka merespon langsung tuntutan tegangan input. 
  4. Pada tahap keluaran tarik dan dorong (push-pull), ada beberapa tumpang tindih karena setiap perangkat output membantu yang lain selama masa transisi singkat, atau periode crossover dari positif ke negatif setengah dari sinyal tersebut.
Ada banyak implementasi dari desain Amplifier Kelas AB ini. Non linearitas Kelas B hampir dihilangkan tetapi sambil menghindari panas dan inefisiensi yang dihasilkan oleh Amplifier Kelas A. Nilai efisiensi amplifier kelas AB ini sekitar 50 dan menjadi desain kelas amplifier yang cukup populer saat ini dan dapat digunakan di mobil maupun di rumah.

Perbedaan penguat kelas A, AB dan B 

B.    SKEMA DAN LAYOUT

     Pada praktikum kali ini kita menggunakan power amplifier jenis OTL, yang mana terdapat kapasitor pada outputnya, serta catu daya (power suply) yang digunakan tidaklah simetris atau hanya (+) dan (-). Dan merupakan power OTL yang sangat sederhana yang mana hanya menggunakan 3 transistor. Terdiri dari transistor TIP 31 dan TIP 32 sebagai penguat final dan transistor D438 sebagai pembalik fase. Untuk lebih jelasnya bisa perhatikan skema berikut.
Skema Power Amplifier

     Dari skema diatas langkah selanjutnya dapat kita jadikan layout menggunakan software DipTrace atau software lainnya. Hal ini bertujuan agar komponen tertata lebih rapi serta hemat tempat. Berikut ini layout dari power amplifier bedasarkan skema.  
Layout Power Amplifier Tampak BawaH
Layout Power Amplifier Tampak Atas

3. Dasar Teori


Sensor Getaran


(Symbol Sensor Getaran)

  Vibration sensor / Sensor getaran ini memegang peranan penting dalam kegiatan pemantauan sinyal getaran karena terletak di sisi depan (front end) dari suatu proses pemantauan getaran mesin. Secara konseptual, sensor getaran berfungsi untuk mengubah besar sinyal getaran fisik menjadi sinyal getaran analog dalam besaran listrik dan pada umumnya berbentuk tegangan listrik. Pemakaian sensor getaran ini memungkinkan sinyal getaran tersebut diolah secara elektrik sehingga memudahkan dalam proses manipulasi sinyal, diantaranya:

   - Pembesaran sinyal getaran
   - Penyaringan sinyal getaran dari sinyal pengganggu.
   - Penguraian sinyal, dan lainnya.

Sensor getaran dipilih sesuai dengan jenis sinyal getaran yang akan dipantau. Karena itu, sensor getaran dapat dibedakan menjadi:

  - Sensor penyimpangan getaran (displacement transducer)
  - Sensor kecepatan getaran (velocity tranducer)
  - Sensor percepatam getaran (accelerometer).

Pemilihan sensor getaran untuk keperluan pemantauan sinyal getaran didasarkan atas pertimbangan berikut:

  - Jenis sinyal getaran
  -  Rentang frekuensi pengukuran
  -  Ukuran dan berat objek getaran.
  -  Sensitivitas sensor

Berdasarkan cara kerjanya sensor dapat dibedakan menjadi:

   - Sensor aktif, yakni sensor yang langsung menghasilkan tegangan listrik tanpa perlu catu daya

     (power supply) dari luar, misalnya Velocity Transducer.
   - Sensor pasif yakni sensor yang memerlukan catu daya dari luar agar dapat berkerja.

Grafik perbandingan frekuensi dengan sensitivitas sensor getaran :



4. Percobaan


a. Prosedur Percobaan

1). Pertama, siapkan semua alat dan bahan. Untuk DC Generator, dibutuhkan 7 unit

2). Selanjutnya, Pada Sensor hubungkan TestPin ke logic state, OUT ke kaki bernomor 3 amplifier dan diantaranya dihubungkan ke DC generator U1:A(+IP), GND ke speaker dan diantaranya digroundkan, dan Vcc ke DC Generator VIB1(PB5/SCK)

3). Kaki bernomor 2 amplifier dihubungkan DC generator U1:A(-P) dan diantaranya juga dihubungkan DC generator U1:A(-P)

4). Kaki bernomor 4 amplifier dihubungkan ke DC Generator U1:A(V-) dan kaki bernomor 8 amplifier dihungkan DC Generator U1:A(V+)

5). Kaki bernomor 1 amplifier dihubungkan ke DC Generator U1:A(OP), lanjut ke LED dan terakhir ke Speaker

6). Terakhir, tinggal jalankan simulasinya

b. Rangkaian Simulasi


c.Prinsip kerja rangkaian

Pada saat logicstate bernilai 0, maka sensor OFF. Pada Op-amp tegangan input dideteksi, apabila tegangan input pada non-inverting lebih kecil daripada tegangan pada inverting, maka Vout akan bernlai -Vsat sehingga LED dan Speaker tidak menyala.

Pada saat logicstate bernilai 1, maka sensor ON. Pada Op-amp tegangan input dideteksi, apabila tegangan input pada non-inverting lebih besar daripada tegangan pada inverting, maka Vout akan bernlai +Vsat sehingga LED dan Speaker menyala.

Rumus yang digunakan dalam menghitung Vout pada rangkaian detector Non-inverting adalah :



                                                        

dimana nilai Vout maks adalah :




Link Download
- Rangkaian download di sini
- Html download di sini
- Library download di sini
- Datasheet download di sini